air

Membiarkan hidup bak “air mengalir” terlalu pasrah. Air mengalir ke tempat yang rendah. Pasrah, tak mau berbuat apa-apa. Air yang mengalir juga terlalu senang “dihalangi” bebatuan berkali-kali, tak mampu mengambil hikmah. Agak sulit untuk maju bila hidup bak air mengalir. Just follower, bukan creator. Kurang punya ambisi. Hanya sekedar hidup, tanpa rencana yang jelas, bahkan arahnya gak bisJika perlu, kita ubah saja “air yang mengalir ke arah yang lebih tinggi atau kita lawan arus air itu”. Bukankah jalan hidup kita dapat kita kendalikan sendiri, itulah ikhtiar. Ingat, kita tidak bisa mengubah takdir dari-Nya, tapi kita bisa mengubah nasib kita. Untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi atau melawan arus air, kita butuh energi dan motivasi yang lebih kuat dari sekarang.
Hari-hari ini, banyak orang menyalahkan keadaan. Mudah galau dan meratapi keadaan. Lebih senang berkeluh-kesah. Tinggalkan saja keadaan yang tidak produktif semacam itu. masih banyak urusan dan lakon yang bisa kita perbuat. Katanya "hidup tak selebar daun kelor". Tak usah terpengaruh oleh hal yang negatif, tidak produktif.
Hari ini, bahkan esok kita lebih butuh sikap dan tujuan yang jelas. Bersikap tegas atas hal yang kita alami. Bersikap untuk hari depan kita. Mau ke mana kita? Maka, kita butuh energi yang kuta, jauh lebih besar dari "air mengalir". Karena kita punya potensi yang luar biasa dari Allah SWT. Tinggal kita, mampu atau tidak mengoptimalkannya.a diduga
“Hidup seperti air yang mengalir” sering dijadikan dalih untuk menyerah terhadap keadaan. Merasa sudah berbuat banyak padahal belum otimal. Kesulitan dianggap tak ada obatnya. Terlena pada kesusahan sesaat. Selalu gelisah pada masalah. Bahkan merasa tidak mungkin mengerjakan dua tiga pekerjaan dalam satu waktu. Akhirnya, keadaan dianggap jadi biang kerok.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

hidup

friendzone

hobi